Sabtu, 17 Januari 2015

[FF] Breeze


Author: jjxnghyeon
Cast: Eve, Eric, Bree, Lilith, Bella



Ini kisah yang mungkin terjadi padamu
Atau malah kau pelakunya?
------------------------------------------------------------------------------------------------------
                Hari inipun angin masih berhembus,
                “On position!”
                “Ready...”
                DOR!


“Eve!”
Eve menoleh ke arah suara itu datang. Ia tersenyum lebar begitu mengetahui siapa yang memanggilnya. “Bree! Lilith!”
Bree dan Lilith merangkul Eve dengan senyum lebar mereka. “Lihat! Siapa jagoan kita yang akan mengikuti pertandingan lari 100 meter tingkat propinsi!”
“Dan, hey! Kau menakjubkan, Eve! Jika kau tadi lihat bagaimana ekspresi kepala sekolah saat kau mencapai garis finish!” Wajah Bree tampak merah, entah karena siang ini yang terlalu panas atau dia sedang menahan tawanya. “Akhirnya lahir juga jagoan baru di klub kita setelah ketua Bella,”
“Ah, kalian...”
“Eve!” Belum Eve mengakhiri kata-katanya, seseorang memanggilnya.
“Ah, ketua Eric,” Eve berjalan mendekat menuju Eric dan meninggalkan kedua temannya di belakang.
Eric tersenyum lembut dan menggaruk tengkuknya dengan gugup. “Aku sudah lihat tadi, selamat bertanding di tingkat propinsi, Eve. Jika perlu bantuan jangan ragu untuk bertanya padaku, oke?”
Tepat pada saat itu ia mendengar namanya dipanggil. Eric menoleh ke belakang dan melihat teman-temannya yang melambai kepadanya untuk keluar lapangan. Ia mendesah pelan. “Aku duluan, berjuanglah!”
“I..iya,” Eve tersenyum kecil melihat Eric yang berlari menghampiri teman-temannya. Betapa ia sangat mengagumi sosok bertubuh tegap itu. Punggungnya yang lebar, bahunya yang tampaknya menjadi tempat yang nyaman untuk bersandar. Ah, apa yang ia pikirkan.
“Ehem,”
“Oh jadi ketua Eric merebut posisi pertama, nih” goda Lilith.
Eve tampak gelagapan ingin menjawab godaan yang ditujukan padanya itu. Tapi saat mulutnya terbuka dan ingin membela diri, seseorang menabraknya hingga ia terjatuh ke tanah.
“Kalau ngobrol jangan di tengah jalan! Dasar anak baru!” Wajahnya yang terlihat angkuh dan sorot mata yang tajam, Eve sadar siapa dia.
Eve segera bangkit dan membungkuk, “Maaf, ketua Bella,”
Tanpa menghiraukan permintaan maaf Eve, Bella langsung keluar lapangan. Meskipun sosoknya yang angkuh, ia digemari hampir oleh seluruh lelaki di sekolah ini. Selain wajahnya yang tergolong seperti wajah model, ia juga anak dari kepala sekolah kami. Maka dari itu ia begitu dihormati.
Tanpa ada orang-orang yang menyadari, Bella berbisik pada dirinya sendiri, “Jagoan baru? Cih. Waktunya tidak jauh beda denganku.”


Aku masuk klub atletik karena aku sangat suka lari sejak kecil.
Klub atletik putra dan putri terpisah.
Latihannya begitu berat, pernah suatu saat aku ingin berhenti.
Tapi aku sadar saat melihat teman-temanku yang lain sangat berjuang.
Dan aku melihat ketua Eric yang begitu keren saat berlari.
Aku memutuskan untuk bertahan di klub ini.


Pintu klub terbuka dan menampilkan sosok perempuan dengan rambut kuncir kuda dan wajahnya yang berseri-seri. “Pagi, semua!”
Ia baru menyadari hawa yang tidak begitu bersahabat disini. Semua orang memalingkan wajahnya dan seakan tidak ada Eve yang menyapa mereka. Eve mengerutkan alisnya, kemudian ia mengangkat bahunya. Mungkin mereka sibuk. Pikirnya.
“Klub atletik putri kumpul!” Pelatih membawa pengeras suara dan berteriak dari lapangan. Kami segera berlari dari ruang ganti menuju lapangan, tidak ada yang mau terlambat karena mereka sudah tau apa hukuman bagi anggota yang terlambat.
Pelatih mulai mengabsen anggota satu persatu. Ketika dirasa semua sudah berkumpul, ia mulai berbicara. “Buatlah kelompok, satu kelompok berisi dua orang dan mulailah pemanasan!”
Anggota-anggota klub putri mulai mencari teman sekelompoknya. Eve melihat Lilith yang sudah berpasangan dengan Bree, ia menghembuskan napasnya pelan. Kemudian ia melihat Shai yang sepertinya sedang sendirian.
Ketika Eve hendak menyapa dan mengajak Shai untuk sekelompok dengannya, Blaire telah mendahului. Blaire pergi dengan menggandeng tangan Shai seperti ia tidak ingin menyerahkan Shai pada siapapun, siapapun. Termasuk Eve yang tadi berpikiran ingin mengajaknya.
Apa..? Ada apa ini?
Di kejauhan Bella sedang tersenyum menyeringai melihat Eve yang tampak kebingungan. “Good job,” bisiknya pada dirinya sendiri. Ia melangkahkan kakinya mendekat pada Eve. “Tidak punya pasangan?”
Eve menoleh dan tersenyum kikuk pada Bella, “I..iya ketua, nampaknya angota klub putri ganjil, atau mungkin ada yang tidak masuk pada latihan hari ini,”
Senyum menyeringai tampak tertahan di bibir Bella. “Kau tau, kan, apa hukuman bagi anggota yang tidak mempunyai pasangan untuk pemanasan?”
Desah pelan terdengar dari perempuan rambut kuncir kuda tersebut. Tapi ia buru-buru tersenyum ke Bella dan mengangguk. Begitu Bella meninggalkannya, wajah Eve nampak ditekuk. Jangan lagi. Pikirnya.
Tiba-tiba Bella membalikkan badannya. “Ohya, aku merubah sedikit peraturannya,” Ia tampak berpikir sebentar kemudian menatap tajam Eve, “kau melaksanakan hukumanmu dari hari ini, sampai ada yang berbuat kesalahan sepertimu, ok?”
Semua orang nampak tak setuju, tapi mereka langsung melanjutkan kegiatan mereka dan tak menghiraukan kedua orang tersebut.


Ketua Bella...
Apakah semua sikap aneh semua orang ini karena dia?
Kenapa?
Apa yang telah aku lakukan?
Aku harus bagaimana?


“Eve! Waktumu sama sekali tidak membaik, bahkan memburuk! Kalau seperti ini terus bagaimana kau bisa bertanding di tingkat propinsi? Pertandingannya sebentar lagi, kalau kau seperti ini terus mana mungkin kau bisa menang? Yang ada kau diolok-olok oleh peserta lain!”
Hari ini, entah sudah keberapakalinya pelatih memarahi Eve. Wajah Eve nampaknya sangat lelah. Benar saja, ia harus membersihkan lapangan dan ruang ganti klub putri yang pastinya sangat berantakan sendirian. Sendirian. Biasanya, sebelum kejadian aneh ini, ada Bree dan Lilith yang selalu siap membantu Eve, bahkan walaupun Eve tidak meminta mereka. Konsentrasinya pecah menjadi beberapa bagian. Untuk beres-beres, latihan, sekolah dan tugas... dan sikap kedua sahabatnya yang ikut terpengaruh mereka semua.
Hari inipun Eve masih membereskan lapangan sendirian. Setidaknya angin masih berhembus untuk menemaninya.
“Eve?”
Tubuh Eve mendadak kaku mendengar suaranya. Ia menoleh dan terbelalak. Bagaimana ia bisa disini? Pikirnya.
“Ketua Eric...” Eve tersenyum kecil.
Eric melangkah mendekat dan heran hanya melihat Eve disini, “Kau yang membersihkan semuanya? Sendirian?” Eric menggeleng-gelengkan kepalanya, “Ayo aku bantu,”
Eric hendak membawakan kantung sampah yang dibawa Eve ketika Bella menyela, “Ah, Eric, biarkan saja dia. Dia yang memintanya sendiri, katanya sebagai latihan sebelum pertandingan. Fisiknya kan harus kuat,”
“Tapi tetap saja-“
“Tadi pelatih berbicara padaku dan aku disuruh menyampaikannya padamu, ayo bicara di taman,” Bella segera menarik tangan Eric yang menolehkan wajahnya ke belakang, tepatnya ke arah Eve yang membuang kantung sampah di depan sekolah. Jarak yang lumayan jauh antara lapangan dan bagian depan sekolah.


Setiap hari selalu begini,
Kapan ini akan berakhir?


Eve mengecek lokernya berkali-kali. Tapi tetap saja. NIHIL. Kemana sepatunya? Tidak mungkin kan sepatu bisa berjalan sendiri. Oh ayolah, ia sudah lelah dengan semuanya, kenapa sekarang sepatunya  juga ikut menghilang.
“Bree, Lilith, apa kalian melihat sepatuku?” Saat Eve mendekati mereka, mereka segera menggeleng dan berpaling pergi.
“Coba lihat disana,” ucap seorang anggota klub berambut pendek tanpa poni. Ia menunjuk ke arah toilet perempuan.
Toilet?!
Eve berlari menuju toilet perempuan. Ia melihat di wastafel, tidak ada.
Ia membuka kabin toilet pertama, tidak ada.
Ia membuka kabin toilet kedua, tidak ada.
Ia membuka kabin toilet ketiga,
Tes...tes...
Ia menatap sepatunya tidak percaya. Sepatu tersebut digantung pada shower yang menyala. Sepatunya sudah basah dan lumpur terlihat di semua sisinya.
Jahat.


TING TONG TING TONG


Ekskul... aku tidak ingin pergi
Selanjutnya apa lagi?
Setelah ini apa lagi?


Langkah berat terdengar mendekat ke arah Eve, tapi ia tidak menyadarinya. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri dan memandangi langit biru berawan di jendela koridor.
“Eve?”
Eve menoleh karena kaget. Ia langsung tersenyum melihat sosok yang ada dihadapannya. Kalau dipikir-pikir, hanya sosok itulah yang ada disekitar Eve sekarang. “Ketua Eric?”
Senyum maskulin menghiasi wajah Eric, perpaduan sempurna dengan garis rahang yang begitu tajam dan kuat. “Kau tampak sedih, tidak seperti biasanya.”
Apa dia selalu memperhatikan? Batin Eve.
“Di saat seperti ini berlarilah sekuatnya, kau akan merasa lega.” Ia menepuk pelan pundak Eve, “Lagipula kau terlihat sangat bahagia saat kau berlari,”
Apa...coba cerita pada ketua Eric? Batin Eve kembali.
Eve membuka mulutnya untuk berbicara tetapi Bella segera menyela diantara mereka, “Eric, kata pelatih tadi ada masalah, aku perlu bicara.”
Eric mengangguk pelan, “Baiklah” Kemudian ia berjalan berdampingan dengan Bella.


Ketua Bella....


Dokdokdok!! Dokdokdok!!
“Keluarkan aku! Tolong keluarkan aku!”
“Kau berniat melapor pada Eric, kan? Merayu cowok pula,” Bella menatap sinis loker didepannya—atau lebih tepatnya orang yang berada di dalam loker tersebut. “Diperlakukan baik sedikit saja, nggak usah langsung terpesona gitu!”
Kenapa?
“Klub atletik putri kumpul!” terdengar gertakan dari lapangan. Pelatih.
Semua orang langsung berkumpul di lapangan. Pelatih yang melihat adanya kejanggalan langsung bertanya, “Eve kemana?”
“Eve bolos kali, pak!” terdengar jawaban dari salah satu anggota klub.
Pelatih membelalakkan matanya. “Apa? Disaat penting seperti ini? Dia kira dia sedang main-main?”
“Nggak niat dia, pak!”terdengar jawaban lain dari orang yang lain pula.
Bree dan Lilith hanya bisa diam. Mereka tau, jika mereka membela Eve, mereka berdua akan merasakan apa yang dialami Eve juga. Pengecut memang.

Tap...Tap...Tap...

Akhirnya Eve membolos juga hari ini.
“Padahal aku hanya ingin berlari saja...” gumam Eve yang menundukkan kepalanya melihat kerikil-kerikil kecil yang ditendangnya dengan pelan. “Mengapa aku harus mengalami hal seperti ini?”
Tanpa ia sadari, langkah menuntunnya ke sekolah tua yang sudah lama ditutup. Sekolah itu terlihat usang, tak terawat, tetapi ada lapangan yang cukup luas di samping ruangan dengan tulisan “Administrasi”.
Di saat seperti ini berlarilah sekuatnya, kau akan merasa lega.
Perkataan Eric terngiang dalam benak Eve. Tiba-tiba eve merundukkan badannya posisi siap berlari. Ia menggenggam rumput-rumput liar lapangan tersebut dan memejamkan matanya sejenak.
Aku ingin berlari...
Aku ingin berlari!
Eve membuka matanya yang menyiratkan sorot tajam dan tegas. Setelah hembusan napas ketiga, ia berdiri dan mulai berlari. Angin yang berhembus seakan menjadi semangatnya. Seakan menjadi teman barunya. Meskipun ia kini sendiri, tetapi angin tetap berhembus. Ia sadar itu. Matanya mulai terpejam dan menikmati angin yang menerpa dirinya. Perasaannya berangsur-angsur meringan, seperti tidak ada masalah yang ia hadapi.
“Hah...Hah...” Eve mengatur napasnya agar teratur kembali, “Hahahaha...Rasanya menyenangkan...”



Dua gadis memakai seragam SMA terlihat menyusuri jalan setapak. Mereka tampak murung. Salah satu diantara mereka menghembuskan napas dalam.
“Sudah seminggu,” Bree memulai percakapan diantara mereka. “Eve sudah seminggu tidak masuk latihan,”
Lilith menghembuskan napas pelan, “Apa tidak apa jika begini terus? Ini kan lomba yang penting untuknya,”
Keduanya kembali terdiam. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Taptaptap...Taptaptap...
Bree dan Lilith saling berpandangan. Mereka berlari kearah sumber suara tersebut.
“Eve! Dia disana!” Lilith menunjuk ke arah lapangan sekolah usang yang tidak terpakai. Hanya Eve, seonggok manusia yang ada di sekitar sana dan menarik perhatian karena sekolah tersebut memang sudah lama tidak dipakai.
Bree dan Lilith termenung sejenak. ”Dia selama ini latihan disini? Sendirian saja?”
Bree melanjutkan perkataan—atau pertanyaan—Lilith.”Tapi Eve terlihat sangat senang dan bersemangat sekali,”
Mereka menundukkan kepala mereka ke bawah, “Apa yang telah kita lakukan?”


“Sudah gelap ternyata,” Eve menoleh ke sekitarnya. “Sudah berapa lama aku disini?”
Ia hendak mengambil tasnya untuk segera pulang, tetapi ada suara yang memanggilnya.
“Eve?”
Eh? “Ketua Eric? Kenapa disini?” Eve diam ditempatnya saat Eric perlahan berjalan mendekat.
“Seharusnya aku yang bertanya seperti itu,” Eric melihat sekitar lapangan kemudian kembali kepada Eve, “Anak klub atletik putri memberitahuku kalau kau latihan disini setiap hari. Memangnya ada sesuatu yang terjadi?”
Tes...
“E-eh.. loh, Eve?” Eric kebingungan karena Eve tiba-tiba meneteskan air matanya.
Eve tersenyum menerawang, “Aku berusaha lari dari hal berat, tetapi aku tidak bisa. Waktu itu ketua menolongku, kalimat yang ketua sampaikan kepadaku.”
Kedunya terdiam. Eric mencoba mencerna perkataan Eve dan menunggunya berkata suatu hal kembali.
“Selama ini aku...ingin ketua memperhatikanku, karena itu...lihatlah aku,” Eve menundukkan wajahnya yang merah, entah karena capek atau canggung dengan situasinya saat ini.
“Ya,”
Eve mendongakkan kepalanya, melihat Eric dengan tidak percaya. Apa ia salah dengar?
“Aku akan memperhatikanmu mulai sekarang,”


Bella tersenyum licik, “Anak itu akhirnya tidak datang ya? Berarti sudah pasti ia keluar dari klub!”
“Disana,”
Bella menoleh pada Eric, “Apa?” tanyanya bingung.
Eric menunjukke arah pinggir lapangan, tepatnya pada seseorang dengan kaos biru,rambut kuncir kuda, dan nomor dada 13. “Ia disana”
Seolah mendengar perkataan Eric, Eve menoleh ke arah bangku teman-temannya dan melambaikan tangan kirinya dengan semangat. Seolah berkata terimakasih, entah pada siapa.
“On position!”
“Ready...”
DOR!

Ketika kau terhalang hal berat macam apapun, asalkan ada yangkau percaya pada dirimu, pasti kau bisa melewatinya.
Suatu saat,
Ya, suatu saat nanti,
Angin yang baru pasti akan berhembus.


-FIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar