Author: jjxnghyeon
Cast: Eve, Eric, Bree, Lilith, Bella
Ini kisah yang mungkin terjadi padamu
Atau malah kau pelakunya?
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hari inipun angin masih berhembus,
“On position!”
“Ready...”
DOR!
“Eve!”
Eve menoleh ke
arah suara itu datang. Ia tersenyum lebar begitu mengetahui siapa yang
memanggilnya. “Bree! Lilith!”
Bree dan Lilith
merangkul Eve dengan senyum lebar mereka. “Lihat! Siapa jagoan kita yang akan
mengikuti pertandingan lari 100 meter tingkat propinsi!”
“Dan, hey! Kau
menakjubkan, Eve! Jika kau tadi lihat bagaimana ekspresi kepala sekolah saat
kau mencapai garis finish!” Wajah Bree tampak merah, entah karena siang ini
yang terlalu panas atau dia sedang menahan tawanya. “Akhirnya lahir juga jagoan
baru di klub kita setelah ketua Bella,”
“Ah, kalian...”
“Eve!” Belum
Eve mengakhiri kata-katanya, seseorang memanggilnya.
“Ah, ketua Eric,”
Eve berjalan mendekat menuju Eric dan meninggalkan kedua temannya di belakang.
Eric tersenyum
lembut dan menggaruk tengkuknya dengan gugup. “Aku sudah lihat tadi, selamat
bertanding di tingkat propinsi, Eve. Jika perlu bantuan jangan ragu untuk
bertanya padaku, oke?”
Tepat pada saat
itu ia mendengar namanya dipanggil. Eric menoleh ke belakang dan melihat
teman-temannya yang melambai kepadanya untuk keluar lapangan. Ia mendesah
pelan. “Aku duluan, berjuanglah!”
“I..iya,” Eve
tersenyum kecil melihat Eric yang berlari menghampiri teman-temannya. Betapa ia
sangat mengagumi sosok bertubuh tegap itu. Punggungnya yang lebar, bahunya yang
tampaknya menjadi tempat yang nyaman untuk bersandar. Ah, apa yang ia pikirkan.
“Ehem,”
“Oh jadi ketua Eric
merebut posisi pertama, nih” goda Lilith.
Eve tampak
gelagapan ingin menjawab godaan yang ditujukan padanya itu. Tapi saat mulutnya
terbuka dan ingin membela diri, seseorang menabraknya hingga ia terjatuh ke
tanah.
“Kalau ngobrol
jangan di tengah jalan! Dasar anak baru!” Wajahnya yang terlihat angkuh dan sorot
mata yang tajam, Eve sadar siapa dia.
Eve segera
bangkit dan membungkuk, “Maaf, ketua Bella,”
Tanpa
menghiraukan permintaan maaf Eve, Bella langsung keluar lapangan. Meskipun
sosoknya yang angkuh, ia digemari hampir oleh seluruh lelaki di sekolah ini.
Selain wajahnya yang tergolong seperti wajah model, ia juga anak dari kepala
sekolah kami. Maka dari itu ia begitu dihormati.
Tanpa ada
orang-orang yang menyadari, Bella berbisik pada dirinya sendiri, “Jagoan baru?
Cih. Waktunya tidak jauh beda denganku.”
Aku masuk klub atletik karena aku sangat
suka lari sejak kecil.
Klub atletik putra dan putri terpisah.
Latihannya begitu berat, pernah suatu saat
aku ingin berhenti.
Tapi aku sadar saat melihat teman-temanku
yang lain sangat berjuang.
Dan aku melihat ketua Eric yang begitu keren
saat berlari.
Aku memutuskan untuk bertahan di klub ini.
Pintu klub
terbuka dan menampilkan sosok perempuan dengan rambut kuncir kuda dan wajahnya
yang berseri-seri. “Pagi, semua!”
Ia baru
menyadari hawa yang tidak begitu bersahabat disini. Semua orang memalingkan
wajahnya dan seakan tidak ada Eve yang menyapa mereka. Eve mengerutkan alisnya,
kemudian ia mengangkat bahunya. Mungkin mereka sibuk. Pikirnya.
“Klub atletik
putri kumpul!” Pelatih membawa pengeras suara dan berteriak dari lapangan. Kami
segera berlari dari ruang ganti menuju lapangan, tidak ada yang mau terlambat
karena mereka sudah tau apa hukuman bagi anggota yang terlambat.
Pelatih mulai
mengabsen anggota satu persatu. Ketika dirasa semua sudah berkumpul, ia mulai
berbicara. “Buatlah kelompok, satu kelompok berisi dua orang dan mulailah
pemanasan!”
Anggota-anggota
klub putri mulai mencari teman sekelompoknya. Eve melihat Lilith yang sudah
berpasangan dengan Bree, ia menghembuskan napasnya pelan. Kemudian ia melihat
Shai yang sepertinya sedang sendirian.
Ketika Eve
hendak menyapa dan mengajak Shai untuk sekelompok dengannya, Blaire telah
mendahului. Blaire pergi dengan menggandeng tangan Shai seperti ia tidak ingin
menyerahkan Shai pada siapapun, siapapun. Termasuk Eve yang tadi berpikiran
ingin mengajaknya.
Apa..? Ada apa ini?
Di kejauhan
Bella sedang tersenyum menyeringai melihat Eve yang tampak kebingungan. “Good
job,” bisiknya pada dirinya sendiri. Ia melangkahkan kakinya mendekat pada Eve.
“Tidak punya pasangan?”
Eve menoleh dan
tersenyum kikuk pada Bella, “I..iya ketua, nampaknya angota klub putri ganjil,
atau mungkin ada yang tidak masuk pada latihan hari ini,”
Senyum
menyeringai tampak tertahan di bibir Bella. “Kau tau, kan, apa hukuman bagi
anggota yang tidak mempunyai pasangan untuk pemanasan?”
Desah pelan
terdengar dari perempuan rambut kuncir kuda tersebut. Tapi ia buru-buru
tersenyum ke Bella dan mengangguk. Begitu Bella meninggalkannya, wajah Eve
nampak ditekuk. Jangan lagi. Pikirnya.
Tiba-tiba Bella
membalikkan badannya. “Ohya, aku merubah sedikit peraturannya,” Ia tampak
berpikir sebentar kemudian menatap tajam Eve, “kau melaksanakan hukumanmu dari
hari ini, sampai ada yang berbuat kesalahan sepertimu, ok?”
Semua orang
nampak tak setuju, tapi mereka langsung melanjutkan kegiatan mereka dan tak
menghiraukan kedua orang tersebut.
Ketua Bella...
Apakah semua sikap aneh semua orang ini
karena dia?
Kenapa?
Apa yang telah aku lakukan?
Aku harus bagaimana?
“Eve! Waktumu
sama sekali tidak membaik, bahkan memburuk! Kalau seperti ini terus bagaimana
kau bisa bertanding di tingkat propinsi? Pertandingannya sebentar lagi, kalau
kau seperti ini terus mana mungkin kau bisa menang? Yang ada kau diolok-olok
oleh peserta lain!”
Hari ini, entah
sudah keberapakalinya pelatih memarahi Eve. Wajah Eve nampaknya sangat lelah.
Benar saja, ia harus membersihkan lapangan dan ruang ganti klub putri yang
pastinya sangat berantakan sendirian. Sendirian. Biasanya, sebelum kejadian
aneh ini, ada Bree dan Lilith yang selalu siap membantu Eve, bahkan walaupun
Eve tidak meminta mereka. Konsentrasinya pecah menjadi beberapa bagian. Untuk
beres-beres, latihan, sekolah dan tugas... dan sikap kedua sahabatnya yang ikut
terpengaruh mereka semua.
Hari inipun Eve
masih membereskan lapangan sendirian. Setidaknya angin masih berhembus untuk
menemaninya.
“Eve?”
Tubuh Eve
mendadak kaku mendengar suaranya. Ia menoleh dan terbelalak. Bagaimana ia bisa
disini? Pikirnya.
“Ketua Eric...”
Eve tersenyum kecil.
Eric melangkah
mendekat dan heran hanya melihat Eve disini, “Kau yang membersihkan semuanya?
Sendirian?” Eric menggeleng-gelengkan kepalanya, “Ayo aku bantu,”
Eric hendak membawakan
kantung sampah yang dibawa Eve ketika Bella menyela, “Ah, Eric, biarkan saja
dia. Dia yang memintanya sendiri, katanya sebagai latihan sebelum pertandingan.
Fisiknya kan harus kuat,”
“Tapi tetap
saja-“
“Tadi pelatih
berbicara padaku dan aku disuruh menyampaikannya padamu, ayo bicara di taman,”
Bella segera menarik tangan Eric yang menolehkan wajahnya ke belakang, tepatnya
ke arah Eve yang membuang kantung sampah di depan sekolah. Jarak yang lumayan jauh
antara lapangan dan bagian depan sekolah.
Setiap hari selalu begini,
Kapan ini akan berakhir?
Eve mengecek
lokernya berkali-kali. Tapi tetap saja. NIHIL. Kemana sepatunya? Tidak mungkin
kan sepatu bisa berjalan sendiri. Oh ayolah, ia sudah lelah dengan semuanya,
kenapa sekarang sepatunya juga ikut
menghilang.
“Bree, Lilith,
apa kalian melihat sepatuku?” Saat Eve mendekati mereka, mereka segera
menggeleng dan berpaling pergi.
“Coba lihat
disana,” ucap seorang anggota klub berambut pendek tanpa poni. Ia menunjuk ke
arah toilet perempuan.
Toilet?!
Eve berlari
menuju toilet perempuan. Ia melihat di wastafel, tidak ada.
Ia membuka
kabin toilet pertama, tidak ada.
Ia membuka
kabin toilet kedua, tidak ada.
Ia membuka
kabin toilet ketiga,
Tes...tes...
Ia menatap
sepatunya tidak percaya. Sepatu tersebut digantung pada shower yang menyala.
Sepatunya sudah basah dan lumpur terlihat di semua sisinya.
Jahat.
TING TONG TING TONG
Ekskul... aku tidak ingin pergi
Selanjutnya apa lagi?
Setelah ini apa lagi?
Langkah berat
terdengar mendekat ke arah Eve, tapi ia tidak menyadarinya. Ia sibuk dengan
pikirannya sendiri dan memandangi langit biru berawan di jendela koridor.
“Eve?”
Eve menoleh
karena kaget. Ia langsung tersenyum melihat sosok yang ada dihadapannya. Kalau
dipikir-pikir, hanya sosok itulah yang ada disekitar Eve sekarang. “Ketua Eric?”
Senyum maskulin
menghiasi wajah Eric, perpaduan sempurna dengan garis rahang yang begitu tajam
dan kuat. “Kau tampak sedih, tidak seperti biasanya.”
Apa dia selalu
memperhatikan? Batin Eve.
“Di saat
seperti ini berlarilah sekuatnya, kau akan merasa lega.” Ia menepuk pelan
pundak Eve, “Lagipula kau terlihat sangat bahagia saat kau berlari,”
Apa...coba
cerita pada ketua Eric? Batin Eve kembali.
Eve membuka
mulutnya untuk berbicara tetapi Bella segera menyela diantara mereka, “Eric,
kata pelatih tadi ada masalah, aku perlu bicara.”
Eric mengangguk
pelan, “Baiklah” Kemudian ia berjalan berdampingan dengan Bella.
Ketua Bella....
Dokdokdok!!
Dokdokdok!!
“Keluarkan aku!
Tolong keluarkan aku!”
“Kau berniat
melapor pada Eric, kan? Merayu cowok pula,” Bella menatap sinis loker
didepannya—atau lebih tepatnya orang yang berada di dalam loker tersebut.
“Diperlakukan baik sedikit saja, nggak usah langsung terpesona gitu!”
Kenapa?
“Klub atletik
putri kumpul!” terdengar gertakan dari lapangan. Pelatih.
Semua orang
langsung berkumpul di lapangan. Pelatih yang melihat adanya kejanggalan
langsung bertanya, “Eve kemana?”
“Eve bolos
kali, pak!” terdengar jawaban dari salah satu anggota klub.
Pelatih
membelalakkan matanya. “Apa? Disaat penting seperti ini? Dia kira dia sedang
main-main?”
“Nggak niat
dia, pak!”terdengar jawaban lain dari orang yang lain pula.
Bree dan Lilith
hanya bisa diam. Mereka tau, jika mereka membela Eve, mereka berdua akan
merasakan apa yang dialami Eve juga. Pengecut memang.
Tap...Tap...Tap...
Akhirnya Eve
membolos juga hari ini.
“Padahal aku
hanya ingin berlari saja...” gumam Eve yang menundukkan kepalanya melihat
kerikil-kerikil kecil yang ditendangnya dengan pelan. “Mengapa aku harus
mengalami hal seperti ini?”
Tanpa ia
sadari, langkah menuntunnya ke sekolah tua yang sudah lama ditutup. Sekolah itu
terlihat usang, tak terawat, tetapi ada lapangan yang cukup luas di samping
ruangan dengan tulisan “Administrasi”.
Di saat seperti ini berlarilah sekuatnya,
kau akan merasa lega.
Perkataan Eric
terngiang dalam benak Eve. Tiba-tiba eve merundukkan badannya posisi siap
berlari. Ia menggenggam rumput-rumput liar lapangan tersebut dan memejamkan
matanya sejenak.
Aku ingin berlari...
Aku ingin berlari!
Eve membuka
matanya yang menyiratkan sorot tajam dan tegas. Setelah hembusan napas ketiga,
ia berdiri dan mulai berlari. Angin yang berhembus seakan menjadi semangatnya. Seakan
menjadi teman barunya. Meskipun ia kini sendiri, tetapi angin tetap berhembus. Ia
sadar itu. Matanya mulai terpejam dan menikmati angin yang menerpa dirinya. Perasaannya
berangsur-angsur meringan, seperti tidak ada masalah yang ia hadapi.
“Hah...Hah...”
Eve mengatur napasnya agar teratur kembali, “Hahahaha...Rasanya menyenangkan...”
Dua gadis
memakai seragam SMA terlihat menyusuri jalan setapak. Mereka tampak murung. Salah
satu diantara mereka menghembuskan napas dalam.
“Sudah
seminggu,” Bree memulai percakapan diantara mereka. “Eve sudah seminggu tidak
masuk latihan,”
Lilith
menghembuskan napas pelan, “Apa tidak apa jika begini terus? Ini kan lomba yang
penting untuknya,”
Keduanya kembali
terdiam. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Taptaptap...Taptaptap...
Bree dan Lilith
saling berpandangan. Mereka berlari kearah sumber suara tersebut.
“Eve! Dia disana!”
Lilith menunjuk ke arah lapangan sekolah usang yang tidak terpakai. Hanya Eve, seonggok
manusia yang ada di sekitar sana dan menarik perhatian karena sekolah tersebut
memang sudah lama tidak dipakai.
Bree dan Lilith
termenung sejenak. ”Dia selama ini latihan disini? Sendirian saja?”
Bree melanjutkan
perkataan—atau pertanyaan—Lilith.”Tapi Eve terlihat sangat senang dan bersemangat
sekali,”
Mereka
menundukkan kepala mereka ke bawah, “Apa yang telah kita lakukan?”
“Sudah gelap
ternyata,” Eve menoleh ke sekitarnya. “Sudah berapa lama aku disini?”
Ia hendak
mengambil tasnya untuk segera pulang, tetapi ada suara yang memanggilnya.
“Eve?”
Eh? “Ketua Eric?
Kenapa disini?” Eve diam ditempatnya saat Eric perlahan berjalan mendekat.
“Seharusnya aku
yang bertanya seperti itu,” Eric melihat sekitar lapangan kemudian kembali
kepada Eve, “Anak klub atletik putri memberitahuku kalau kau latihan disini
setiap hari. Memangnya ada sesuatu yang terjadi?”
Tes...
“E-eh.. loh, Eve?”
Eric kebingungan karena Eve tiba-tiba meneteskan air matanya.
Eve tersenyum
menerawang, “Aku berusaha lari dari hal berat, tetapi aku tidak bisa. Waktu itu
ketua menolongku, kalimat yang ketua sampaikan kepadaku.”
Kedunya
terdiam. Eric mencoba mencerna perkataan Eve dan menunggunya berkata suatu hal
kembali.
“Selama ini
aku...ingin ketua memperhatikanku, karena itu...lihatlah aku,” Eve menundukkan
wajahnya yang merah, entah karena capek atau canggung dengan situasinya saat
ini.
“Ya,”
Eve
mendongakkan kepalanya, melihat Eric dengan tidak percaya. Apa ia salah dengar?
“Aku akan
memperhatikanmu mulai sekarang,”
Bella tersenyum
licik, “Anak itu akhirnya tidak datang ya? Berarti sudah pasti ia keluar dari
klub!”
“Disana,”
Bella menoleh
pada Eric, “Apa?” tanyanya bingung.
Eric menunjukke
arah pinggir lapangan, tepatnya pada seseorang dengan kaos biru,rambut kuncir
kuda, dan nomor dada 13. “Ia disana”
Seolah mendengar
perkataan Eric, Eve menoleh ke arah bangku teman-temannya dan melambaikan
tangan kirinya dengan semangat. Seolah berkata terimakasih, entah pada siapa.
“On position!”
“Ready...”
DOR!
Ketika kau terhalang hal berat macam apapun,
asalkan ada yangkau percaya pada dirimu, pasti kau bisa melewatinya.
Suatu saat,
Ya, suatu saat nanti,
Angin yang baru pasti akan berhembus.
-FIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar